Filsafat ilmu – manusia, budaya

Definisi dan batasan Kebudayaan

Budaya merupakan cara berpikir, merasa, dan percaya. Budaya juga merupakan sekelompok pengetahuan yang disimpan untuk masa depan (Manning et al., 1996). Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Dalam arti sempit kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia  (Koetjaraningrat, 1990). Menurut Edward B. Tylor sebagaimana dikutip O’Neil (2006), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan merupakan satu unit interpretasi, ingatan, dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan sekedar dalam kata-kata. Ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma, semua ini merupakan langkah awal di mana kita merasa berbeda dalam sebuah wacana. Kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia karena setiap orang akan menampilkan kebudayaannya tatkala dia bertindak, seperti tindakan membuat ramalan atau harapan tentang orang lain atau perilaku mereka. Kebudayaan melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan bukan sekedar pada individu (Liliweri, 2002).

Kebudayaan merupakan bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh manusia. Secara implicit dapat diartikan bahwa manusia hidup dalam suatu lingkungan alam dan lingkungan sosial, hal mana berarti juga bahwa kebudayaan tidak semata-mata merupakan unsur gejala biologis. Kebudayaan mencakup semua unsur yang diciptakan manusia dari kelompoknya, dengan jalan mempelajarinya secara sadar atau dengan suatu proses pemciptaan keadaan-keadaan tertentu. Hal itu semua mencakup berbagai macam teknik, lembaga-lembaga sosial, kepercayaan, maupun pola pola perilaku. Dalam pengalaman manusia, maka kebudayaan bersifat universal, akan tetapi setiap manifestasinya secara local atau regional adalah khas (unique). Kebudayaan bersifat stabil akan tetapi juga dinamis. Wujud kebudayaan senantiasa berubah secara konstan (Soekanto, 1993).

Perlunya Kebudayaan bagi manusia

Setiap orang merupakan produk dari orang lain: keluarga, komunitas, dan masyarakat. Budaya menjelaskan bagaimana begitu banyaknya ciptaan pada satu spesies memiliki kenampakan dan tingkah laku yang berbeda-beda (Manning et al., 1996). Hasil kebudayan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu (Koentjoroningrat, 1990). Kebudayaan mengisi dan menentukan proses kehidupan manusia, akan tetapi jarang disadari dalam pikiran (Soekanto, 1993). Soekanto (1993) dalam bukunya menyebutkan salah satu teori Herskovits yaitu kebudayaan menentukan segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut (cultural determinism).

Kebudayaan mempunyai makna yang luar biasa pentingnya. Kebudayaan menyentuh hampir semua segi tentang siapa dan apa kita. Kita datang ke dunia ini tanpa suatu bahasa, tanpa nilai dan ,moralitas, tanpa ide mengenai agama, perang, uang dan cinta, dan lainnya. Kita tidak memiliki sedikit pun orientasi dasar yang telah kita anggap benar dan sedemikian penting dalam menentukan kita akan menjadi tipe manusia seperti apa. Namun dalam suatu waktu dalam hidup, kita memperolehnya. Inilah yang disebut sebagai kebudayaan dalam diri kita.

Kebudayaan menjadi lensa melalui mana kita mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi di sekeliling kita (Henslin, 2006). Kebudayaan berfungsi untuk saling melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan orang demi kesejahteraan hidupnya (Suroyo, 2006). Konsep kebudayaan adalah demikian pentingnya untuk memahami antropologi (Ihromi, 2006). Setiap kebudayaan, baik secara implicit atau eksplisit, lisan atau tulisan, sistematis atau tidak, selalu memuat pandangan tentang pengetahuan berikut arti dan pentingnya dalam kehidupan manusia (Sudarminta, 2002).

Peran manusia terhadap Kebudayaan

Manusia diciptakan Tuhan dengan akal budi dan pengetahuan. Manusia sendiri merupakan bagian dari budaya. Manusia berperan penting dalam dinamika budaya yang terus berkembang seiring dengan waktu (Manning et al., 1996). Budaya adalah hasil dari karsa dan karya manusia yang merepresentasikan bagaimana cara hidup, aturan dan kebiasaan yang berlaku pada suatu komunitas. Tidak jarang budaya berhubungan erat dengan kondisi alam tempat komunitas itu berada. Dimana kondisi alam yang membentuk perilaku dari sebuah masyarakat (Maxwell, 1991).

Bukti dan contoh peran manusia terhadap kebudayaan menurut Haviland et al (2008):

a.       Perilaku

Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior) masyarakatnya.

b.      Bahasa

Budaya menganggap penting adanya simbolisasi dan komunikasi serta metode komunikasi. Bahasa adalah salah satu bentuk kebudayaan. Bahasa terdiri dari simbol-simbol dan arti-arti yang dipelajari dan ditransfer melalui interaksi sosial. Interaksi simbolik merujuk pada proses tersebut. Komunikasi simbol-simbol dan artinya merepresentasikan bentuk mayor transaksi di antara sistem manusia (Anderson et al., 1999). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.

c.       Materi

Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.

Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh (culture universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat melalui discovery yaitu penemuan atau usaha yang disengaja untuk menemukan hal-hal baru (Stent, 1978).

Kebudayaan itu ada di antara umat manusia yang sangat beraneka ragam, diperoleh dan diteruskan secara social melalui pembelajaran, dijabarkan dari komponen biologi, psikologi, dan sosiologi sebagai eksistensi manusia, berstruktur, terbagi dalam beberapa aspek, dinamis, dan nilainya relatif (Liliweri, 2002)..

DAFTAR PUSTAKA:

Anderson, R.E., Carter, I.E., dan Lowe, G. 1999. Human Behaviour in The Social Environment: A Social System Approach. 5th edition. New Jersey: Diane B. Anderson and Irl Carter

Haviland, W.A., Prins, H.E.L., dan Walrath, D. 2008. Cultural Anthropology: The Human Challenge. California:Thomson Wadsworth

Henslin, James M., 2006, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Edisi 6, Penerbit Erlangga, Jakarta

Ihromi, T.O., 2006, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Ed. 12, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Liliweri, A., 2002, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, LKiS, Bantul.

Manning, G., Curtis, K., dan Mc Millen, S. 1996. Building Community: The Human Side Work. Michigan: Whole Person Associates.

Maxwell, M. 1991. The Sociobiological Imagination. New York: New York Press

O’Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences Department, Palomar College, San Marco, California.

Soekanto, Soerjono. 1993. Beberapa Teori Sosial Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Stent, G.S. 1978. Morality as a Biological Phenomenon: The Presuppositions of Sociobiological. Berlin: Dahlem Konferenzen.

Sudarminta J., 2002, Epistemiologi Dasar, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Suroyo, Al., 2006, Agama dan Kepercayaan Membawa Pembaruan, Penerbit Kanisius, Jakarta

Satu tanggapan

  1. biarkan semua berlalu meninggalkan jejak2 nya, tetapi langkah kedepan lebih berarti untuk membangun peradaban diri dan masyarakat…..

Tinggalkan komentar