1. Definisi Medik Kompromais
Pasien dengan kondisi medik kompromais adalah seseorang dengan kondisi medis ataupun perawatan medis yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius (Marsh & Martin, 1999). Pasien medis kompromais adalah seseorang yang mengidap satu ataupun lebih penyakit dan sedang menjalani satu atau lebih medikasi sebagai perawatan penyakitnya tersebut (Ganda, 2008). Aspek khusus yang perlu diperhatikan adalah efek obat anestesi terhadap kondisi tersebut, potesi interaksi obat, serta kegawatdaruratan medis (Coulthard, et al., 2003).
2. Berbagai kondisi yang termasuk dalam status medikal kompromais
Dhanuthai, et al (2009) mengklasifikasikan kondisi medis kompromais dalam 8 kategori yaitu: alergi, endocrine disorders, cardiovascular diseases, respiratory diseases, hematological disorders, liver diseases, renal diseases, dan penyakit lainnya.
Disorder: Contoh –> Komplikasi Oral
Endokrin: Diabetes melitus –> Infeksi fungal
Kardiovaskuler: Disfungsi mitral valve –> Infeksi endokarditis
Respirasi: Asma –> Rentan terhadap infeksi fungal
Neurologi: Epilepsi –> Hiperplasi gingiva dan penyakit periodontal
Bleeding disorder: Hemofili –> Prolonged bleeding
Penyakit neoplasma: Ca Oral –> Karies dan mukositis
Infeksi kronis: Tuberkulosis –> Oral tubercullosis
Kelainan imunologi: AIDS –> Infeksi fungal
(Marsh & Martin, 1999)
3. Tanda, gejala, patofisiologi, patogenesis (Bricker et al., 1994)
a. Sistem Respirasi
Kerusakan pada sistem respirasi meningkatkan resiko kematian seorang pasien dalam praktek kedokteran gigi karena kemampuan pulmonari menurun, medikasi yang mereka gunakan, interaksi obat, dan resiko transmisi penyakit. Pasien dengan respiratory disorder dapat diidentifikasi melalui riwayat kesehatannya yaitu mengalami kesulitan bernapas, sering terjadi infeksi saluran napas atas, kebiasaan merokok, dan tinggal di lingkungan yang iritan terhadap sistem respirasi.
Gejala: batuk, kesulitan bernapas (dypsnea), sputum, batuk darah, napas berbunyi, dan nyeri dada.
Patogenitas dan patofisiologi:
– Penyakit saluran napas atas: infeksi dan sinusitis
– Penyakit saluran napas bawah: asma
– Penyakit pulmonar kronis obstruktif (COPD): bronkitis kronis, emfisema
– Penyakit paru-paru gramnulomatosa: tuberkulosis, sarkoidosis
– Penyakit lainnya: pneumokoniosis
b. Sistem kardiovaskular
Pasien dengan penyakit kardiovaskuler biasanya menjalani medikasi multipel dan memiliki penyakit serius lainnya seperti asma, osteoartritis, dan diabetes melitus.
Tanda dan gejala: bunyi detak jantung abnormal, dypsnea, orthopnea (dypsnea pada posisi berbaring), jantung berdebar, detak jantung tidak teratur, sakit dada, nail-bed clubbing, distensi vena jugularis, dan tekanan darah tinggi.
Patofisiologi:
– Endokarditis infektif dan kondisi-kondisi yang berhubungan: demam reumatik, rheumatic heart disease, infeksi endokarditis
– Valvular heart disease
– Kelainan jantung bawaan
– Hipertensi
– Penyakit jantung iskemik: arterosklerosis koroner, angina pectoris, infark myokardial
– Cardiac Arrhythmias: bradikardi (denyut jantung lambat), takikardi (denyut jantung cepat)
– Gagal jantung (Gagal jantung kongestif): transplantasi jantung
c. Sistem gastrointestinal
Penyakit-penyakit gastrointestinal merupakan hal yang menarik dalam praktek kedokteran gigi karena kemiripan struktur antara mulut dan saluran gastrointestinal serta kemiripan antara penyakit mukosa oral dan penyakit oral yang merupakan manifestasi penyakit gastrointestinal.
Tanda dan gejala: anoreksia, disfagia, nyeri abdominal, diare, konstipasi, melena, steatorea, malaise, demam, jaundice, distensi abdominal, palmar erythema, kontraktur Dupuytren, leukonisia, jari bengkak, pembengkakan nl. supraklavikular.
Patogenitas dan patofisiologi: xerostomia, sialorrhea, penyakit GI atas, esophageal disorder, hipersekresi kelenjar ludah, hiposekresi kelenjar ludah, penyakit GI bawah, malabsorbsi, inflammatory bowel disease, poliposis intestinal, penyakit pankreas (pankreasitis, fibrisis kistik), dan penyakit liver (hepatitis, sirosis hati).
d. Sistem renal
Penyakit ginjal yang menurunkan fungsi normal ginjal secara reversibel maupun ireversibel dapat berkembang menjadi berbagai manifestasi klinis seperti retensi sisa produk metabolisme, akumulasi toksik dari obat-obatan, terganggunya keseimbangan asam-basa, retensi cairan, dan abnormalitas tekanan darah. Disfungsi ginjal yang persisten seringkali mengakibatkan perlunya dilakukan dialisis darah ataupun transplantasi ginjal.
Tanda dan gejala: anoreksia, nausea, vomiting, penurunan intelektual, letargi, somnolen, bau mulut, neuropati, edema, hipertensi, penurunan berat badan, nyeri tulang, fraktur, pruritus, hematuria, masalah pada buang air kecil, renal osteodystrophy rahang.
Patogenitas dan patfisiologi: sindrom nefritis, sindrom nefrotik, gagal ginjal akut/kronis.
e. Sistem neural
Terlihat adanya kelainan pada kognitif, motorik dan psikososial. Kelainan ini seringnya tidak terdiagnosis hingga beberapa bulan atau tahun. Setelah didiagnosis, masalah neurologi ini biasanya dirawat secara farmakologis. Dokter gigi harus memahami penyakit-penyakit neurologik dan hubungannya dengan perawatan dental karena pasien biasanya mengalami cognitive impaired, kurangnya kemampuan motoris, dan mengalami kesulitan untuk mengerti rencana perawatan gigi yang kompleks.
Patogenitas dan patofisiologi: demensia (penyakit Alzheimer, retardasi mental), serebral palsi, epilepsi, penyakit demyelinasi (multipel sklerosis), kelainan neurotransmiter (parkinson/paralisis agitan), kelainan hubungan myoneural (myastenia gravis), penyakit neuron motorik (sklerosis amyotrofi lateral), penyakit serebrovaskular, neuropati (bell’s palsy/facial palsy, trigeminal neuralgia, neuralgia glosofaringeal, neuralgia sfenopalatina, neuralgia postherpetik).
Tanda dan gejala: penurunan intelektual, kehilangan memori, neuropati, sakit kepala, pening, TIA, iritabilitas mental, konvulsi, gigi menyerpih atau luka pada bibir atau lidah, tremor, muscle fatigue dan kelemahan, kehilangan fungsi motorik, dan nyeri.
f. Sistem hematologi
Penampakan oral dari penderita kelainan hematologi (seperti pembengkakan dan pendarahan gingiva) sangat penting untuk diketahui oleh seorang dokter gigi karena manifestasinya dapat merupakan indikasi awal dari sebuah malignasi penyakit hematologik.
Patogenitas dan patofisiologi: kelainan sel darah merah ( anemia, polisitemia vera), kelainan sel darah putih (neutropenia, leukemia, limfoma, multipel myeloma), kelainan pendarahan (kelainan platelet, kelainan koagulasi bawaan, kelainan koagulasi dapatan).
Tanda dan gejala: takikardi, lemah, kelelahan, sakit kepala, glositis, angular cheilitis, kedinginan, kesemutan, pembengkakan jari, goyah saat berjalan, nyeri abdominal, jaundice, demam, limfadenotapi, berkeringat, nyeri pada tulang dan persendian, infeksi kambuhan, pembengkakan gingiva, pendarahan spontan, menstruasi berat, perpanjangan waktu pendarahan (setelah trauma ringan, operasi minor, maupun pencabutan gigi), adanya petekia atau hematoma, kecenderungan memar.
g. Sistem endokrin
Patogenitas dan patifisiologi: hipersekresi glandula pituitari (gigantisme dan akromegali), hiposekresi glandula pituitari (dwarfisme), hipertiroidisme (tirotoksikosis), hipotiroidisme, hiperparatiroidisme (hipersekresi), hiposekresi glandula paratiroid, hiperadrenokortisme (hipersekresi gland adrenal menyebabkan Cushing’s syndrome), hipoadrenalkortisme (hiposekresi gland adrenal menyebabkan penyakit Addison), hipersekresi medula adrenal (pheochromocytoma), kelainan pankreas (diabetes melitus), kehamilan, dan neoplasia.
Tanda dan gejala: pembengkakan jaringan, nausea, vomiting, kelelahan, dullnes, letargi, somnolen, iritabilitas, neuropati, pruritus, polidipsi, poliuri, hipertensi, penurunan berat badan, kenaikan berat badan, nyeri tulang, fraktur.
h. Penyakit muskuloskeletal dan jaringan ikat
Pasien dengan penyakit muskuloskeletal dan jaringan ikat biasanya menjalani medikasi tertentu bagi penyakitnya. Untuk memberikan perawatan gigi, seorang dokter gigi harus mengenali keterbatasan fisik pasien, komplikasi dari penyakit tersebut, efek samping yang tidak diinginkan dari obat-obatan yang digunakan dalam terapi serta manifestasi oral yang mungkin muncul.
Patogenitas dan patofisiologi: osteogenesis imperfekta (brittle bone disease, tulang mudah patah), osteoporosis, osteomalasia, osteoartritis, rheumatoid arthritis, seronegative spondyloarthropathies (spondilitis ankilosis, artritis psoriasis, sindrom Reiter), gout, Paget disease, kelainan jaringan ikat (lupue erythematosis, sklerodema, Sjorgen’s syndrome, poliarteritis nodosa, polimyositis dan dermotomyositis, sindrom Marfan, sindrom Ehler-Danlos), penyakit otot (distrofi muskular, distrofi myotonik).
Tanda dan gejala: nyeri otot, lemah, parestesia, nyeri sendi, hipermobilitas sendi, kaku sendi, deformitas sendi, nyeri tulang, pembengkakan tulang, fraktur, kiposis, skoliosis, nodus Heberden, nodus Bouchard, elastisitas abnormal kulit, kulit pecah-pecah, nodula pada kulit, mulut kering, dan terbatasnya pembukaan rahang.
4. Identifikasi
Kavitas oral pasien dengan kondisi medis kompromais ditandai dengan adanya perubahan pada mukosa oral, aliran saliva, ataupun pada kandungan salivanya. Infeksi yang paling banyak terjadi pada pasien ini terjadi secara oportunistik atau dalam kasus herpes, kambuh. Banyak infeksi pada pasien medik kompromais meningkat sebagai akibat dari perawatan medisnya (Marsh & Martin, 1999).
Daftar Pustaka
Marsh P,MV Martin. 1999. Oral Microbiology, 4th edition. London: Wright.
Coulthard P, K Horner, P Sloan, and E Theaker. 2003. Master Dentistry, Vol 1. Edinburgh: Churchill Livingstone
Ganda KM. 2008. Dentist’s Guide to Medical Conditions and Complications. Ames: Wiley-Blackwell
Dhanuthai K, K Sappayatosok, P Bijaphala, S Kulvit, T Sereerat. Prevalence of medically compromised conditions in dental patients. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2009 Jun 1;14 (6):E287-91.
Bricker SL, P Langlais, and C S Miller. 1994. Oral Diagnosis, Oral Mdicine, and Treatment Planning. Malvern: Lea & Febiger