Gingivitis Kronis (peradangan gusi)

Gingivitis adalah istilah medis untuk inflamasi/peradangan gingiva (gusi) yang merupakan bentuk ringan dari penyakit gingiva dan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri sebagai akibat dari pembentukan plak.

Gingivitis kronis adalah tipe gingivitis yang sering terjadi dan selalu dihubungkan dengan kurangnya kebersihan mulut seseorang. Pada sebagian besar kasus, seorang pasien biasanya tidak merasa bahwa mereka memiliki gingivitis kronis dan tidak akan mencari perawatan medis sampai gejalanya tampak jelas (Alison, 2006).

Sedikit perdarahan dan pembengkakan ringan pada gusi adalah tanda-tanda dan gejala awal. Jika hadir dalam tahap awal, gingivitis dapat diperbaiki dengan langkah-langkah sederhana seperti menyikat gigi, flossing dan pembersihan (Alison, 2006).

Etiologi/patologi: infiltrat inflamasi sebagai respon dari akumulasi plak pada margin gingiva. Flora awal pada plak adalah kokus Gram positif dalam waktu 4-7 hari, kemudian diikuti organisme Gram negatif filamen dan fusiform setelah 2 minggu (Millett & Welbury, 2000).

Gejala klinis: bengkak dan eritem pada margin gingiva. Berdarah saat menggosok gigi atau makan (Millett & Welbury, 2000). Gingiva kemungkinan sakit saat disentuh, gingiva mudah berdarah saat menyikat gigi atau memakai dental floss, napas bau, gigi sensitif (Alison, 2006).

Perawatan: instruksi gosok gigi yang baik dan benar,  penggunaan obat kumur klorheksidin 0,2% (Millett & Welbury, 2000).

Kondisi ini jika tidak dirawat dapat berproses menjadi periodontitis (Millett & Welbury, 2000).

referensi:

Millett D & Welbury R. 2000. Orthodontics and Paediatrics Dentistry. Edinburgh: Churchill Livingstone

Alison. 2006. What is Gingivitis? Types, Chronic and ANUG, Symptoms, Causes. http://www.healthhype.com/what-is-gingivitis-types-chronic-and-anug-symptoms-causes.html (19/05/2011)

gambar:

gingivitis pada gingiva labial

gingivitis pada gigi baru tumbuh

trauma oklusal

Definisi

Trauma oklusal (trauma yang disebabkan oleh oklusi) adalah perubahan patologis atau adaptif pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh kekuatan oklusal berlebihan (traumatogenik oklusi) yang melebihi kapasitas reparatifnya (Davies dkk., 2001; Deas dan Mealey, 2006).

Riwayat trauma oklusal diklasifikasikan menjadi trauma oklusal primer dan trauma oklusal sekunder. Trauma oklusal primer dihasilkan dari kekuatan oklusal berlebihan yang diterima oleh gigi dengan jaringan pendukung yang normal dan sehat, sedangkan trauma oklusal sekunder merupakan perubahan yang terjadi saat kekuatan oklusal normal maupun abnormal dikenakan pada gigi dengan jaringan pendukung yang inadekuat (Davies dkk., 2001).

Pemeriksaan klinis

Peningkatan mobilitas gigi tidak selalu diindikasikan sebagai trauma oklusi. Hipermobilitas yang terjadi sebagai akibat dari trauma oklusi dideteksi dengan adanya penurunan perlekatan periodontal pada pasien. Alasannya, trauma oklusi dapat mempercepat reduksi lebih lanjut dari perlekatan periodontal pada pasien dengan periodontitis aktif. Diagnosis klinis trauma hanya dapat dipastikan jika mobilitas progresif dapat diidentifikasi melalui pengukuran berulang selama beberapa periode. Tanda klinis trauma oklusal dapat berupa peningkatan mobilitas dan migrasi atau penyimpangan gigi, fremitus, dan ketidaknyamanan saat makan (Davies dkk., 2001)..

Radiologis

Tanda-tanda radiografis yang terlihat biasanya berupa diskontinuitas dan penebalan lamina dura, perlebaran ruang ligamen periodontal, radiolusen dan kondensasi tulang alveolar atan resorpsi akar (Davies dkk., 2001).

 

radiografis

radiografis

 

 

Histologis

Perubahan histologis yang terjadi berupa gangguan sistem sirkulasi, edema, dan hyalinisasi serat ligamen periodontal, infiltrat inflamasi sedang, dan piknosis nukleus osteoblas, sementoblas, serta fibroblas. Ruang ligamen periodontal bertambah luas dan terlihat berbentuk seperti jam pasir. Tidak terdapat perubahan histologis pada serat kolagen gingiva maupun junctional epithelium. Perubahan histologis pada periodonsium bersifat reversibel jika penyebab dieliminasi. Kegoyahan gigi juga akan kembali normal saat etiologi hilang (Rateitschak dkk., 1985).

Ligamen periodontal gigi yang terkena traumatogenik oklusi menunjukkan respon berupa zona tegangan dan tekanan yang nyata. Tingkat keparahan lesi trauma oklusal pada ruang ligamen periodontal tergantung pada besarnya kekuatan. Pada kekuatan yang rendah, perubahan mikroskopis berupa peningkatan vaskularisasi, peningkatan permeabilitas vaskuler, trombosis, dan terganggunya fibroblas dan serat kolagen. Pada kekuatan sedang, osteoklas terlihat pada permukaan alveolus dan membentuk jala resorpsi tulang. Pada kekuatan yang lebih tinggi, trauma oklusal dapat menyebabkan nekrosis jaringan ligamen periodontal, termasuk lisisnya sel, dan gangguan pada pembuluh darah serta hialinisasi serat kolagen. Osteoklas terlihat pada ruang sumsum yang berdekatan dengan tulang alveolar, menghasilkan resorpsi tulang. Selain itu, resorpsi permukaan akar juga dapat terjadi pada lesi oklusal trauma (Deas dan Mealey, 2006).

referensi:

Davies, S.J., Gray, R. J. M., Linden, G. J., & James J. A., 2001, Occlusal: Occlusal considerations in periodontics, British Dental Journal 191, 597 – 604

Deas, D. E. and Mealey, B. L., 2006, Is there an association between occlusion and periodontal destruction? J Am Dent Assoc, Vol 137, No 10, 1381-1389.

Rateitschak, K. H., Rateitschak, E. M., Wolf, H. F., & Hassell, T. M., 1985, Color Atlas of Periodontology, Thieme Inc., New York

ORTHOPANTOMOGRAM dan Periodontitis

Orthopantomogram (OPG), juga dikenal sebagai orthopantogram atau panorex, adalah panoramic scanning X-ray dari gigi rahang atas dan rahang bawah. OPG akan menunjukkan tampilan dua-dimensi setengah lingkaran dari telinga ke telinga (Anonim, 2009).

Periodontitis, inflamasi kronik pada jaringan pendukung gigi, mempunyai karakteristik hilangnya secara progresif, khususnya, tulang alveolar. Hilangnya tulang dapat dinilai pada gambaran radiograf biasanya memiliki pola yaitu terlihat level yang sama pada aspek mesial dan distal dari gigi tetangganya. Lesi infrabony telah digambarkan sebagai kehilangan tulang secara angular maupun vertikal. Resiko perkembangan penyakit akan meningkat jika tidak diberi treatmen yang tepat (Müller et al, 2005). Hilangnya tulang lebih banyak ditemui pada maksila, khususnya pada regio molar. Kasus ini lebih banyak terjadi pada pria, dan hilangnya tulang periodontal akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Prasyarat dari perkembangan kerusakan periodontal adalah bakteri yang terdeposit pada gigi yang terlibat. Berbagai bakteri anaerob, sebagian besar gram-negatif, telah terlibat dalam patogenesis dari penyakit. Selain itu periodontitis juga berkaitan dengan adanya trauma oklusal dan infeksi pada saluran akar (Müller and Ulbrich, 2005).

Pemeriksaan radiografi rutin dengan orthopantomograf (OPG) pada mandibula pasien merupakan bagian treatmen yang penting dan dianjurkan. Adanya resorbsi tulang alveolar biasanya dipengaruhi oleh waktu pencabutan, osteoporosis, diet, penggunaan gigi tiruan, penyakit periodontal dan parafungsi yang lain (Rai Balwant, 2007).